Shelving
buku atau menata kembali buku-buku yang sudah digunakan ke rak display sesuai
dengan nomor klasifikasinya di perpustakaan, memang menjadi beban tersendiri bagi
pustakawan dan staf perpustakaan. Bagaimana tidak menjadi beban kalau yang dishelving itu ribuan eksemplar setiap harinya.
Selasa, 27 November 2012
Senin, 26 November 2012
KARAKTERISTIK PUSTAKAWAN
Menjadi pustakawan sebenarnya
menjalani profesi yang sangat mulia, sama halnya dengan porfesi dokter yang
menolong orang sakit, guru yang memberi pencerahan kepada anak didiknya, sopir
angkutan yang menghantarkan orang, barang atau apapun ke tempat tujuan, dan
profesi-profesi mulia lainnya. Beragam
predikat sudah diakui melekat pada pustakawan, antara lain sebagai khafiz al kutub (pengelola buku), pengelola
informasi, intermediary (mediator antara
para pencari informasi dan sumber informasi), pelestari informasi, broker informasi dan sebagainya.
Minggu, 25 November 2012
Kids Corner di Perpustakaan PT? Kenapa Tidak??
Kids Corner di Perpustakaan PT? Kenapa Tidak??
Koran Bernas Jogja yang terbit pada Hari Senin, Tanggal 26
November 2012 memberitakan bahwa Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY pada Hari Minggu (25 November 2012) meresmikan
dan membuka perpustakaan khusus anak di kantor BI yang diberi nama KIDS
CORNER. Menurut Mahdi Mahmudi, ide
pendirian ruang baca khusus anak dilatari oleh cukup banyaknya pelajar usia anak-anak
yang berkunjung ke BI dalam rangka studi tur pelajar ke Yogyakarta. Saat banyak pelajar yang berkunjung ke BI,
Mahmudi merasa perlu menyediakan perpustakaan khusus bagi anak-anak.
Sungguh ini suatu terobosan yang luar biasa dan perlu
diapresiasi, dimana lembaga yang kesehariannya saja sudah sibuk berkutat dengan
urusan moneter masih mempunyai kemauan dan kepedulian terhadap perpustakaan.
Saya jadi berfikir, bagaimana ya kalau Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang notabene adalah
perpustakaan perguruan tinggi juga membuka Kids Corner? Asumsi saya, banyak
pemustaka maupun pegawai yang mempunyai anak kecil, saat liburan sekolah,
bolehlah anak-anak kita ajak ke perpustakaan biar tahu tempat kerja orang
tuanya, sekaligus ke Kids Corner tuk
membaca buku-buku. Kayaknya asyyyiiik niih.
Nah, belajar dari apa yang dilakukan BI, perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga mungkin perlu juga memikirkan hal ini. Bukankah Perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga juga sering dikunjungi para pelajar? Kids Corner di Perpustakaan
Perguruan Tinggi? Kenapa Tidak????
Rabu, 21 November 2012
Matinya Perpustakaan Sekolah
Tulisan ini merupakan keprihatinan saya terhadap anak saya yang sekolah di SMP. Setiap kali ada tugas, pasti larinya ke internet, bukan ke buku atau sumber informasi lainnya. "Emang sumbernya harus dari internet nak?" tanyaku. "Iya, lha Ibu Guru nyuruhnya cari di internet je Bu", begitu jawaban anakku. Sebagai pustakawan, spontan muncul keprihatinan dariku. Bayangkan seandainya semua guru di sekolah mengajarkan demikian dalam pencarian informasi, tentu bisa mati nih perpustakaan sekolah. Padahal, keberadaan perpustakaan sekolah jelas untuk mendukung proses belajar mengajar.
Kamis, 08 November 2012
Nikmatnyaaaa Jadi Pustakawan...
Menjadi pustakawan tidak pernah terbayang dalam benakku waktu dulu. Dulu cita-citaku barangkali cita-cita yang sama dimiliki oleh kebanyakan anak-anak, yaitu ingin menjadi guru.... lalu ingin menjadi hakim, dsb. Perkenalanku dengan perpustakaan sebenarnya tatkala masih sekolah di MTs, Alyah, sampai aku kuliah. Betapa waktu itu aku sangat tergantung pada perpustakaan. Maklum... sebagai orang kampung yang pingin baca namun tidak punya duit untuk beli buku, maka perpustakaanlah yang menjadi tujuanku mencari buku.
Next Generation Catalog
NEXT GENERATION
CATALOG
Perspektif Pengguna[1]
Oleh: Wahyani[2]
A.
Pendahuluan
Perpustakaan
merupakan suatu lembaga pelayanan informasi yang kegiatannya antara lain
berkaitan dengan pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan pelayanan
sumber-sumber informasi. Tujuan dari semua kegiatan ini adalah dalam rangka
memenuhi kebutuhan para pengguna akan
sumber-sumber informasi yang dibutuhkan. Dengan kata lain, salah satu fungsi
perpustakaan sebagai suatu lembaga pelayanan informasi adalah bertindak sebagai
penghubung atau interface antara dua
dunia, yaitu masyarakat sebagai kelompok pengguna perpustakaan, dan dunia
sumber – sumber informasi , baik dalam
bentuk tercetak maupun dalam bentuk lain. Hal ini mengandung pengertian bahwa
setiap bahan pustaka atau informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
sedapat-dapatnya disediakan oleh perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan
harus dapat mengarahkan pengguna ke bahan pustaka atau data yang dibutuhkan
dalam rangka pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau kelancaran studi.[3]
Rabu, 07 November 2012
End-User Computing Satisfaction terhadap OPAC Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
KEPUASAN PEMUSTAKA
TERHADAP OPAC PERPUSTAKAAN
UIN SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
(Analisis Dengan Model End-User Computing Satisfaction/EUCS)[1]
Oleh: Wahyani, Cut Putroe Yuliana, Ria Septiani
A.
Pendahuluan
Informasi
merupakan salah satu sumber daya penting
dalam suatu organisasi; digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan hal itu, informasi haruslah berkualitas. Menurut Burch dan
Grudnitski sebagaimana ditulis oleh Abdul Kadir[2],
kualitas informasi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu relevansi, tepat waktu
dan akurasi. Relevansi berarti bahwa informasi benar-benar berguna bagi suatu
tindakan keputusan yang dilakukan oleh seseorang. Tepat waktu berarti informasi
datang pada saat dibutuhkan sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan,
sedangkan akurasi berarti bahwa informasi
bebas dari kesalahan.
Profesi Arsiparis
KOMPETENSI ARSIPARIS:
MEMBANGUN CITRA DIRI MENGUATKAN PROFESI[1]
Oleh:
Wahyani[2]
A.
Pendahuluan
Membicarakan kearsipan tentu tidak lepas dari membicarakan
arsiparis sebagai orang yang bertanggungjawab mengelola kearsipan. Citra
kearsipan sangat dipengaruhi oleh citra arsiparisnya. Ini sama halnya dengan
membicarakan perpustakaan yang tidak lepas dari pustakawannya. Persoalan
penting yang dihadapi para pengelola kearsipan sebenarnya bukan terletak pada
sulitnya menerapkan manajemen kearsipan, tetapi lebih pada bagaimana meyakinkan
orang untuk mau menerapkan manajemen kearsipan dan menghargai sebuah profesi.
Hampir di setiap kesempatan diklat maupun seminar bidang kearsipan, persoalan
persoalan klasik selalu muncul, yakni seputar tidak diperhatikannya bidang kearsipan
oleh suatu instansi atau organisasi, rendahnya apresiasi pimpinan terhadap
bidang kearsipan, bahkan yang lebih ekstrim lagi, pengelola kearsipan dipandang
tak lebih dari sekedar "pemulung kertas", institusi kearsipan
dianggap sebagai "tempat rehabilitasi" orang-orang yang kena punishment.[3]
Rabu, 08 Februari 2012
pustakawan perlu disertifikasi ???
Sebagai pustakawan kita haruslah menunjukkan sikap keprofesionalan kita. [*]
Langganan:
Postingan (Atom)